kakung makno terlahir dengan nama MAKNO TEROEHENDROKO
kakung adalah kakak dari Ibu limboek (ibunya mamaku), dimana ibu dari kecil yang mengasuh ya bilau ini beserta istrinya..
sampai ibu menikah dan punya 5 anakpun, ibu masih tinggal di rumah kakung makno, dan kakung makno jugalah yang menjual sebagian dari tanahnya kepada ibu, yang sbenarnya dapat dikatakan pemberian karena harga yang dibayarkan sangat murah, kelima anak ibupun sangat dekat dengan kakung melebihi kakek kandungnya sendiri,
karena kakunglah yang merawat dan turut membesarkan mereka semua
tahun 2008 adalah tahun dimana kakung sudah bisa dikatakan pergi untuk selama-lamanya, malam itu adalah malam pesta tetak/sunat dari adikku yang paling kecil, dan malam hari setelah pesta usai, kakung yang saat itu berada di rumah sakit menginginkan pulang, sesampainya dirumah dengan ambulance, mama ku dan tanteku langsung berteriak histeris, melihat kakung kesayangannya merenggang nyawa.. ternyata kakung masih mencintai cucu-cucunya.. kakung kembali bernafas.. kami menyebutnya "nyawa balen" nyawanya kembali karena cucu-cucunya berteriak-teriak histeris..
setelah kejadian tersebut kakung masih hidup seperti biasa, namun lambat laun telah kondisinya menurun, sampai ahkirnya tahun 2012 kemaren, kondisi kakung jauh lebih drop. pendengaran dan penglihatannya sudah sangat berkurang.
sehari sebelum kami mendapatkan kabar bahwa kakung di pangging Yang Maha Kuasa, aku mama papa dan mas dimas membicarakan kakung, kami tidak menyangka bahwa besoknya tanggal 01 Desember 2012, kakung benar-benar dipanggil Tuhan untuk selamanya. kakung meninggal diusia 102 Tahun.
mamaku dan adik-adiknya, dan souky sepupuku tentu saja menjadi orang-orang yang sangat kehilangan akan sosok kakung..
tak terbayangkan juga olehku, dalam 2 bulan yang berturut2 harus kehilangan orang-orang yang turut membesarkan aku dan menjadikan aku seperti sekarang ini..
kakung adalah kakak dari Ibu limboek (ibunya mamaku), dimana ibu dari kecil yang mengasuh ya bilau ini beserta istrinya..
sampai ibu menikah dan punya 5 anakpun, ibu masih tinggal di rumah kakung makno, dan kakung makno jugalah yang menjual sebagian dari tanahnya kepada ibu, yang sbenarnya dapat dikatakan pemberian karena harga yang dibayarkan sangat murah, kelima anak ibupun sangat dekat dengan kakung melebihi kakek kandungnya sendiri,
karena kakunglah yang merawat dan turut membesarkan mereka semua
tahun 2008 adalah tahun dimana kakung sudah bisa dikatakan pergi untuk selama-lamanya, malam itu adalah malam pesta tetak/sunat dari adikku yang paling kecil, dan malam hari setelah pesta usai, kakung yang saat itu berada di rumah sakit menginginkan pulang, sesampainya dirumah dengan ambulance, mama ku dan tanteku langsung berteriak histeris, melihat kakung kesayangannya merenggang nyawa.. ternyata kakung masih mencintai cucu-cucunya.. kakung kembali bernafas.. kami menyebutnya "nyawa balen" nyawanya kembali karena cucu-cucunya berteriak-teriak histeris..
setelah kejadian tersebut kakung masih hidup seperti biasa, namun lambat laun telah kondisinya menurun, sampai ahkirnya tahun 2012 kemaren, kondisi kakung jauh lebih drop. pendengaran dan penglihatannya sudah sangat berkurang.
sehari sebelum kami mendapatkan kabar bahwa kakung di pangging Yang Maha Kuasa, aku mama papa dan mas dimas membicarakan kakung, kami tidak menyangka bahwa besoknya tanggal 01 Desember 2012, kakung benar-benar dipanggil Tuhan untuk selamanya. kakung meninggal diusia 102 Tahun.
mamaku dan adik-adiknya, dan souky sepupuku tentu saja menjadi orang-orang yang sangat kehilangan akan sosok kakung..
tak terbayangkan juga olehku, dalam 2 bulan yang berturut2 harus kehilangan orang-orang yang turut membesarkan aku dan menjadikan aku seperti sekarang ini..
Komentar
Posting Komentar