Aku, Namaku Andina Dyah Pujaningrum. Perempuan 22 tahun. Tak adil jika aku menggambarkan sendiri aku seperti apa. Begitulah saja aku menceritakan siapa aku, aku seorang calon ibu, yang sedang merefleksikan kehidupanku dengan para ibu yang turut membesarkan aku, baik langsung maupun tak langsung, ibu-ibu yang menginspirasiku untuk bisa menjadi ibu seperti mereka. Mereka yang aku kagumi dan aku cintai.
Aku bersyukur anugrah Tuhan datang pada saat yang tak terduga, baru beberapa minggu usia pernikahanku aku sudah merasakan ada yang beda dari diriku, siklus haid yang seharusnya ku alami tak juga kunjung datang. Hari itu aku seharusnya mengalami haid, karena sebelum menikah tiap bulannya aku selalu mencatat tanggal dan berapa lama aku haid, aku memutuskan untuk membeli alat uji kehamilan, suamiku ragu, dia berfikir, kenapa ak harus membelinya, toh kalo telat beberapa hari bukankah wajar, aku berasalan ada hal kuat dari dalam diriku yang sangat meyakini kalau aku tengah mengandung, dan tentu saja, keesokan harinya, aku mencoba alat itu. Dua garis berwarna ungu muda muncul di alat itu, aku girang bukan kepalang, kubangunkan suamiku yang terlelap tidur, mengingat jam masih menunjukkan pukul 4 pagi, dia hanya tersenyum melihat ulahku dan kembali lagi tidur, huh hati istri mana yang tidak kecewa melihat suami hanya berekpresi “seadanya”.
Pagi harinya dia berkata padaku bahwa dia akan lebih percaya dengan apa kata dokter kandungan dari pada alat tes uji kehamilan, aku mengiyakan opininya, kamipun menuju sebuah apotik dimana dokter yang dulu membantu proses melahirkan kakak iparku berpraktik, hari itu kakak iparku pun hendak kesana melakukan rutinitasnya suntik KB, ya suntik, karena itu cara yang dipilihnya dalam melakukan program KB, kakak iparku sudah mempunyai sepasang anak, perempuan dan laki-laki jadi untuk menambah momongan lagi, hal yang sangat mustahil baginya.
Kami masuk ke ruang praktik dokter, tak butuh lama waktu yang kami untuk saling berkenalan, suami kakak iparku turut masuk dan menjelaskan siapa aku dan suamiku, ya, dan akupun di periksa, aku agak sedikit tegang karena inilah penentuan apakah betul aku tengah mengandung atau tidak. Dokter berkata bahwa benar aku tengah mengandung, sudah kelihatan kantong kehamilanku. Belum pernah aku melihat raut wajah suamiku berseri-seri seperti itu, bahkan tidak ku jumpai saat dia menikahiku, raut wajah bahagia yang sangat sulit untuk di sembunryikan, dia lebih banyak tersenyum, dan senyum itu jugalah yang dulu membuat aku jatuh cinta. Tak berselang lama setelah kami keluar dari ruangan praktek dokter, aku langsung mengabari Ibuku, kebetulan Nenek dan Kakekku tengah berada di Kotaku. Update status di beberapa situs jejaring sosial dimana aku mempunyai akunnyapun ku lakukan, aku besyukur pada Tuhan memberi aku tahun terindah dalam Hidup. 2010, adalah tahun mahadasyat yang Tuhan beri untukku, dari mulai masih menjadi mahasiswa, melakukan magang, mengerjakan skripsi, beregumul dengan buku, makalah-makalah, revisi, diskusi dengan dosen pembimbing, ujian skripsi, dinyatakan berhak menyandang Sarjana Hukum dibelakang namaku, di wisuda, menikah, dan di ahkir tahun Tuhan memberikan aku kado yang luar biasa dasyatnya, ya aku positif hamil. Begitu pula dengan suamiku, baginya Tahun lalu juga teramat sangat istimewa, dari masih menjadi mahasiswa pascasarjana di dua Universitas yang sedang menjalani kerjasama dalam menjalankan Program Kenotariatan, mengerjakan tesisnya, ujian proposal, seminar hasil, hingga ujian tesisnya, sampai ahkirnya dinyatakan berhak menyandang gelar Magister Kenotariatan dibelakang namanya, menambah panjang namanya yang sebelumnya telah panjang itu. Tesis dan Skripsi memang sangat berarti bagi kami karena kedua hal itulah yang menjadi syarat orang tua kami berdua jika kami ingin menikah, hingga di suatu waktu suamiku berkata, seharusnya dalam tulisan halaman judul tesis dan skripsi kami di tambahi kalimat, tak hanya sebagai syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan tapi juga sebagai syarat untuk melangsungkan pernikahan kami.
Dokter berkata jika benar dua minggu sebelum aku menikah adalah siklus haid terahkirku, maka di waktu aku menikah kemrin pas masa subur, itulah yang menyebabkan aku langsung di berikan hadiah terindah yang pernah Tuhan beri untukku, bagi keluarga kami inilah kado ahkir tahun yang paling istimewa.
Awal kehamilanku memang sangat menyiksaku, tak pernah aku merasakan hal yang seperti itu, yang dulunya hobi banget masakin suami sampai sekarangpun jangan suruh aku masak, hal yang paling malas untuk aku lakukan, dan terus terang membuat suamiku sedikit protes, tapi memang mungkin bawaan kehamilanku yang membuat aku seperti ini. Hampir tiga bulan pertama kehamilanku aku mengalami mual dan muntah. Bulan pertama mual dan muntah kualami sepanjang hari dan waktu, semua makanan yang masuk ke mulut tak betah rasanya jika harus berlama-lama tinggal diperutku. Mencium bau orang masak saja aku mual, badan lemas, yang jelas aku kehilangan berat badanku sampai tiga kilo. Bulan kedua dan ketiga badan sudah mulai bisa d ajak kompromi, mual muntah sudah berkurang namun jika sore sudah datang jangan ditanya, badan ini seperti kehilangan kekuatan, lemas dan kembali lagi semua yang masuk ke dalam mulutku akan serta merta keluar tak berselang waktu yang lama. Saat aku mulai menulis ini kandunganku sudah menginjak bulan keempat, sudah lebih kuat tentu saja, mual dan muntah hanya datang sesekali ketika aku makan-makanan tertentu atau aku terlalu lelah menjalani aktivitasku. Berat badankupun berangsur-angsur naik walaupun perlahan, dokter bilang hal itu tidak jadi masalah asalkan bayinya sehat. Karena aku termasuk calon ibu yang sudah mempunyai berat badan berlebih sebelum hamil, jadi dari informasi yang kudapat dan buku-buku yang ku baca, aku paling banyak hanya diperbolehkan naik duabelas kilogram, semoga saja berat badanku bisa terkontrol demi kelancaran kehamilan dan kesehatan calon bayiku. Sekarang, aku telah menyelesaikan tulisanku, kandunganku memasuki bulan keenam, berat badan berangsur naik walau hanya sedikit. Tak jadi masalah yang penting sehat. Perutku semakin membesar dan aku sudah jelas terlihat sedang mengandung. Bulan depan akan diselenggarakan upacara “mitoni” atau tujuh bulanan, dan itu juga artinya aku baru dapat mempersiapkan barang-barang kebutuhan si jabang bayi, keluargaku masih berpendapat sebelum usia kandungan memasuki bulan ketujuh maka belum diperkenankan untuk membeli apapun, dan dari sekarangpun aku sudah mulai “melirik” barang-barang atau apa saja yang akan aku beli.
Aku berdoa agar semua proses kehamilanku ini dapat kujalani dengan lancar tanpa ada suatu halangan apapun, sampai saatnya nanti ketika waktunya tiba anakku lahir, aku dapat melahirkan dengan lancar dan semua sehat. Perkiraan dokter menyebutkan antara 17-20 Agustus 2011, namun semuanya aku pasrahkan kembali kepadaNya, dimana semua telah diatur dan aku tinggal menjalankannya saja, yang aku minta hanya satu, semua sehat, baik aku maupun buah hatiku yang telah dinantikan selama ini.
Tak lupa aku meminta doa, terlebih doa mamaku, agar aku bisa tegar dan berhasil menuntaskan tugasku sebagai seorang perempuan, mengandung dan ketika waktunya nanti aku akan melahirkan. Aku telah menjadi seorang anak, dan akan menjadi seorang ibu. Mamapun adalah orang yang sudah sangat menantikan kelahiran cucu pertamanya ini. Tak lupa aku meminta doanya, aku selalu membutuhkannya, dukungan moral, material, spiritual, semua yang mama punya masih aku butuhkan.
Aku mendapatkan tulisan dibawah dari kiriman video dan aku tuliskan kembali menjadi bagian dari bukuku ini, aku ingin semua orang bisa memahami perasaan yang mungkin semua orang tua akan utarakan pada anak-anaknya kelak, aku merefleksikannya pada diriku sendiri, ketika kelak aku mendapati mama papaku, ibu dan papi mertuaku semakin menua dan rapuh, itu yang harus kutanamkan pada diriku dan suamiku, kami harus menjadi anak yang berbakti, dan suatu saat nanti teladan ini akan kuteruskan pada anak-cucu ku kelak.
A letter from mom and dad
My child
When I get old, I hope you understand and have patience with me
In case I break a plate, or spill soup on the table because I’m loosing my eyesight,
I hope you don’t yell at me.
Older people are sensitive.
Always having selfpity when you tell.
When my hearing gets worse and I can’t hear what you’re saying,
I hope you don’t call me deaft
Lease repeat what you said or write it down.
I’m sorry my child , I’m getting older
When my knees get weaker, I hope you have the patience to help me get up
Like how I used to help you while you were little, learning hoe to walk.
Please bear with me
When I keep repeating my self like a broken record,
I hope you just keep listening to me.
Please don’t make fun of me, or
Get sick of listening to me
Do you remember when you were little and you wanted a balloon?
You repeated youself over and over until you got what you wanted
Please also pardon my smell
I smell like an old person
Please don’t force me to shower.
My body is weak.
Old people get sick easily when they’re cold.
I hope I don’t groos you out.
D o you remember when you were little?
I used to chase you around because you didn’t want to shower.
I hope you can be patient with me, when I’m always cranky.
It’s all part of getting old.
You’ll understand when you’re older
And if you have spare time, I hope we can talk.
Even for a few minutes.
I’m always all by my self all the time and have no one to talk to
I know you’re busy with work.
Even if you’re not interested in my stories, please have time for me.
D o you remember when you were little?
I used to listen to your stories about your teddy bear
When the times comes
And I get ill and bedridden,
I hope you have the patience to take care of me.
I’m sorry
If I accidentally wet the bed or make mess
I hope you have patience to take care of me during the last few moments of my life.
I’m not going to last much longer, anyway.
When the time of my death comes, I hope you hold my hand and give me the strength to face death
And don’t worry..
When I finally meet our Creator
I will whisper in his ear
To BLESS you
Because you loved your Mom and Dad.
Thank you so much for your care
We love you
With much love, Mom and Dad…
Sebuah surat dari ibu dan ayah
Anakku
Ketika saya menjadi tua, saya berharap kamu memahami dan memiliki kesabaran denganku,
disuatu ketika aku memecahkan piring, atau sup tumpah di atas meja karena aku kehilangan penglihatanku, Saya harap kamu tidak membentakku.
Orang tua menjadi lebih sensitif.
Selalu berkecil hati ketika kamu memberitahu.
Ketika pendengaranku semakin memburuk dan aku tidak bisa mendengar apa yang kamu katakan,
aku berharap kamu tidak memanggilku TULI
paling tidak ulangi apa yang kamu katakan atau menuliskannya.
maafkan aku anakku
Aku semakin tua
Ketika lutut ku semakin melemah, aku berharap kamu memiliki kesabaran untuk membantu saya bangun
Seperti bagaimana saya harus membantu mu ketika kamu masih kecil, belajar berjalan.
Harap bersabar denganku
Anakku
Ketika saya menjadi tua, saya berharap kamu memahami dan memiliki kesabaran denganku,
disuatu ketika aku memecahkan piring, atau sup tumpah di atas meja karena aku kehilangan penglihatanku, Saya harap kamu tidak membentakku.
Orang tua menjadi lebih sensitif.
Selalu berkecil hati ketika kamu memberitahu.
Ketika pendengaranku semakin memburuk dan aku tidak bisa mendengar apa yang kamu katakan,
aku berharap kamu tidak memanggilku TULI
paling tidak ulangi apa yang kamu katakan atau menuliskannya.
maafkan aku anakku
Aku semakin tua
Ketika lutut ku semakin melemah, aku berharap kamu memiliki kesabaran untuk membantu saya bangun
Seperti bagaimana saya harus membantu mu ketika kamu masih kecil, belajar berjalan.
Harap bersabar denganku
Ketika aku terus mengulangi ceritaku seperti kaset rusak,
Saya harap kamu terus mendengarkan aku.
Tolong jangan mengejekku, Atau merasa bosan mendengarkan aku
Apakah kamu ingat ketika kamu masih kecil dan ingin balon?
kamu meminta berulang-ulang sampai kamu mendapatkan apa yang kamu inginkan
Harap juga maafkan bauku. Aku berbau seperti orang tua
Tolong jangan paksa aku untuk mandi.
Tubuhku lemah.
Orang-orang tua mudah sakit ketika mereka merasa kedinginan.
Saya harap kamu terus mendengarkan aku.
Tolong jangan mengejekku, Atau merasa bosan mendengarkan aku
Apakah kamu ingat ketika kamu masih kecil dan ingin balon?
kamu meminta berulang-ulang sampai kamu mendapatkan apa yang kamu inginkan
Harap juga maafkan bauku. Aku berbau seperti orang tua
Tolong jangan paksa aku untuk mandi.
Tubuhku lemah.
Orang-orang tua mudah sakit ketika mereka merasa kedinginan.
Aku berharap aku tidak
apakah kamu ingat ketika masih kecil?
Aku harus mengejar kamu karena kamu tidak ingin mandi.
aku berharap kamu bisa bersabar denganku, ketika aku selalu rewel.
Ini semua bagian dari menjadi tua.
kamu akan mengerti ketika kamu tua
Dan jika kamu memiliki waktu luang, aku berharap kita bisa bicara.
Bahkan untuk beberapa menit.
aku selalu sendiri disetiap waktu dan tidak memiliki teman untuk berbicara
Aku tahu kamu sibuk dengan pekerjaanmu.
Bahkan jika kamu tidak tertarik pada cerita ku, tolong luangkan waktumu untukku.
apakah kamu ingat ketika masih kecil?
Aku harus mendengarkan ceritamu tentang boneka beruang
Jika waktunya datang
Dan aku mendapatkan sakit
Aku harus mengejar kamu karena kamu tidak ingin mandi.
aku berharap kamu bisa bersabar denganku, ketika aku selalu rewel.
Ini semua bagian dari menjadi tua.
kamu akan mengerti ketika kamu tua
Dan jika kamu memiliki waktu luang, aku berharap kita bisa bicara.
Bahkan untuk beberapa menit.
aku selalu sendiri disetiap waktu dan tidak memiliki teman untuk berbicara
Aku tahu kamu sibuk dengan pekerjaanmu.
Bahkan jika kamu tidak tertarik pada cerita ku, tolong luangkan waktumu untukku.
apakah kamu ingat ketika masih kecil?
Aku harus mendengarkan ceritamu tentang boneka beruang
Jika waktunya datang
Dan aku mendapatkan sakit
aku berharap kamu memiliki kesabaran untuk merawat ku.
Maaf, Jika saya mengompol atau membuat berantakan
aku berharap kamu memiliki kesabaran untuk merawat ku selama saat-saat terakhir dalam hidupku.
lagipula Aku tidak akan bertahan lebih lama.
Ketika waktu kematian ku datang, Aku berharap kamu memegang tanganku dan memberi aku kekuatan untuk menghadapi kematian
Maaf, Jika saya mengompol atau membuat berantakan
aku berharap kamu memiliki kesabaran untuk merawat ku selama saat-saat terakhir dalam hidupku.
lagipula Aku tidak akan bertahan lebih lama.
Ketika waktu kematian ku datang, Aku berharap kamu memegang tanganku dan memberi aku kekuatan untuk menghadapi kematian
Dan jangan khawatir ..
Ketika aku akhirnya bertemu Pencipta kita
Aku akan berbisik di telingaNya
Untuk MEMBERKATI kamu
Karena kamu mengasihi Ibu dan Ayahmu.
Ketika aku akhirnya bertemu Pencipta kita
Aku akan berbisik di telingaNya
Untuk MEMBERKATI kamu
Karena kamu mengasihi Ibu dan Ayahmu.
Terima kasih banyak untuk semua perawatan yang kamu berikan
Kami mencintaimu
Dengan banyak cinta, Ibu dan Ayah..
Kami mencintaimu
Dengan banyak cinta, Ibu dan Ayah..
Aku menterjemahkan tulisan diatas dengan kemampuanku sendiri, jadi maafkan aku jika tak sesuai dengan bagaimana itu semua harus di terjemahkan. Aku berlinangan air mata ketika pertama kali melihat, membaca serta mengartikannya kedalam bahasa indonesia, hatiku sesak membayangkan bahwa surat itu betul-betul di buat oleh orang tuaku. Namun dengan begitu aku bisa memahami apa yang orang tua rasakan dan kita sebagai anak harus mengerti dan memahami bagaimana perasaan mereka.
Berbaktilah pada orang tuamu, tak hanya mereka yang melahirkan kamu, namun, pada semua orang yang berjasa membesarkan kamu, hormati semua generasi pendahulumu, karena tanpa mereka belum tentu kamu akan ada.
Tulisan ini untuk wanita-wanita yang ku cinta, ku kagumi dan kucintai. Dari merekalah aku hidup, dengan merekalah aku belajar apa artinya menjadi manusia dan wanita yang seutuhnya. Mengandung dan melahirkan. Berbagi cinta. Berbakti dan mengabdikan diri pada keluarga, pada orang tua, suami dan anak. Wanita sejati tak hanya dapat di wujudkan dari tingkah laku seorang Kartini. Walaupun menginspirasi namun, belum cukup hanya diwujudkan dengan sebuah emansipasi. Pembuktian wanita sesungguhnya ada pada saat dia mengabdi, entah pada suami, pekerjaan bahkan pada ibu pertiwi. Semua akan sangat berarti jika diiringi niat suci mengabdikan diri dengan tanpa memikirkan cinta akan diri sendiri.
Terima kasih dari dalam diri atas inspirasi yang semua ibu berikan padaku. Kan kujadikan pembeajaran berharga dalam hidupku. Langkahku masih jauh. Jalanku masih panjang. Belajar dari mereka semua adalah bekalku bagaimana menghadapi permasalahan dan pergolakan batinku kelak. Aku berdoa, supaya aku bisa seperti mereka, walaupun takkan pernah bisa sama, namun dengan menjalankan apa yang mereka teladankan, rasanya cukup bagiku menanamkan jiwa mereka dalam kehidupanku.
Ini tanda cintaku.
Untuk setiap wanita yang kuanggap sebagai IBU.
Aku mencintaimu, IBU.
Komentar
Posting Komentar