Aku menulis tentangnya karena aku juga mengaguminya. Aku belajar banyak juga dari dia. Aku memanggilnya Mbak Desi. Aku tersenyum jika harus menjelaskan siapa dia. Dia pertama kali aku mengenalnya adalah kekasih adik laki-laki mamaku, Om Doni, yang kemudian resmi menjadi tanteku, walau begitu aku tetap memanggilnya dengan Mbak. Lambat laun aku menjadi dekat dan sekarang menjadi Istri dari adik lelakinya. Ya, satu-satunya adik yang ia miliki kini telah resmi menjadi suamiku. Lucu rasanya karena nanti jika anak yang sedang aku kandung ini lahir harus memanggilnya apa, dari pihakku tentu saja ia akan menjadi seorang Oma, namu karena suamiku adalah adiknya maka otomatis akan dipanggil Budhe, sampai saat inipun aku tak nanti kelak ia akan dipanggil apa.
Aku mengenal Mbak Desi dari aku duduk di bangku Sekolah Dasar, dari jaman aku nggak tahu apa-apa, sampai saat ia pindah ke kota ini, diboyong oleh suaminya, aku menjadi sahabatnya bercerita, bahkan sampai saat ini aku masih sering berbagi cerita, karena kegiatan kami dari pagi sampai sore di lingkungan yang sama pula. Rumahnya sekarang belasan kilometer dari rumahku. Dulu, sebelum mempunyai rumah, kami tinggal satu rumah, dan aku sering ke kamarnya hanya untuk sekedar ngobrol dan bermain bersama sepupuku.
Mbak Desi ibu dari seorang gadis manis dan seorang jagoan cilik. Anak pertama mbak desi bernama Tasya, kami semua lebih sering memanggilnya dengan Caca, jagoan kecilnya bernama Farrel. Aku sering meledeknya untuk menambahkan satu lagi anak, hal tersebut kerap di”amin”i suaminya, namun baginya sudah mempunyai Anugerah Tuhan sepasang, perempuan dan laki-laki, sudah cukup baginya. Berdua saja sering bertengkar kilahnya apalagi jika harus ditambah lagi satu. Aku belajar darinya bahwa dengan menjadi ibu itu gampang-gampang susah. Begitupula berperan menjadi seorang istri.
Dalam mengawali rutinitas setiap harinya, mbak desi selalu bangun jam setengah 3 atau paling tidak jam 3 pagi baginya bangun jam setengah 4 atau jam 4 pagi sudah bisa dianggap dia bangun kesiangan, aku pun tidak bisa membayangkan diriku sendiri jika harus bangun sepagi itu, pagi-pagi buta ia memulai kegiatannya, kegiatan paginya kerap ditemani dengan televisi. Masak dan setlika baju adalah dua hal yang harus dikompromikannya, jika ia akan masak maka setlika baju akan dilakukannya esok hari, sebelum mempunyai jagoan kecilnya, setlika baju bisa dilakukan pada malam hari, namun entah kenapa putranya itu sering penasaran dengan apa yang nama alat setlika listrik itu, itu sebabnya ia memilih untuk setlika dikala Farrel masih tidur. Prinsipnya jika semua anggota keluarganya akan dibangunkan jam setengah 6 maka segala kegiatannya telah selesai, jika masak berarti telah matang dan sebagian dari masakannya telah dimasukkan ke tempat yang akan dibawa kerumahku untuk sarapan sebelum bekerja dan dia sendiripun harus telah rapi, mandi dan berdandan. Barus setelah itu ia akan membangunkan suami serta anak-anaknya, menyuruh mereka mandi dan memandikan si jagoan kecilnya. Waktu yang dimilikinya untuk tidur akan ditukarnya kala berada didalam mobil, dalam perjalanan dari rumahnya ke sekolah tempat putri sulungnya bersekolah sampai dengan perjalanan menuju rumahku, sebisa mungkin atau jika rasa kantuk datang maka otomatis ia akan kembali tidur dimobil.
Mbak desi ibu yang baik, bahkan jika dibilang ibu yang terlalu sabar dengan tingkah polah anak-anaknya. Sebagai seorang istripun dia adalah tipe istri yang tidak mau banyak mencari masalah. Karena dia tau betul bagaimana karakter suaminya, maka apa yang tak disukai suaminya takkan dia lakukan. Tak hanya aku, mamaku dan ibu mamaku yang notabene adalah ibu mertuanya itu kagum akan sifat patuh pada suami yang dimilikinya.
Tetaplah menginspirasiku mbak, aku belajar banyak darimu, bagaimana menjadi ibu dan istri. Aku kagum dengan kesederhanaanmu menjalani hidup, rasa cintamu pada keluargamu, pada anak dan suamimu yang begitu besar. Ak belajar sepertimu, menjadi istri dan calon ibu yang baik.
Komentar
Posting Komentar