Langsung ke konten utama

DESI KRIDIANA ANGRAHINI

Aku menulis tentangnya karena aku juga mengaguminya. Aku belajar banyak juga dari dia. Aku memanggilnya Mbak Desi. Aku tersenyum jika harus menjelaskan siapa dia. Dia pertama kali aku mengenalnya adalah kekasih adik laki-laki mamaku, Om Doni, yang kemudian resmi menjadi tanteku, walau begitu aku tetap memanggilnya dengan Mbak. Lambat laun aku menjadi dekat dan sekarang menjadi Istri dari adik lelakinya. Ya, satu-satunya adik yang ia miliki kini telah resmi menjadi suamiku. Lucu rasanya karena nanti jika anak yang sedang aku kandung ini lahir harus memanggilnya apa, dari pihakku tentu saja ia akan menjadi seorang Oma, namu karena suamiku adalah adiknya maka otomatis akan dipanggil Budhe, sampai saat inipun aku tak nanti kelak ia akan dipanggil apa.
Aku mengenal Mbak Desi dari aku duduk di bangku Sekolah Dasar, dari jaman aku nggak tahu apa-apa, sampai saat ia pindah ke kota ini, diboyong oleh suaminya, aku menjadi sahabatnya bercerita, bahkan sampai saat ini aku masih sering berbagi cerita, karena kegiatan kami dari pagi sampai sore di lingkungan yang sama pula. Rumahnya sekarang belasan kilometer dari rumahku. Dulu, sebelum mempunyai rumah, kami tinggal satu rumah, dan aku sering ke kamarnya hanya untuk sekedar ngobrol dan bermain bersama sepupuku.
Mbak Desi ibu dari seorang gadis manis dan seorang jagoan cilik. Anak pertama mbak desi bernama Tasya, kami semua lebih sering memanggilnya dengan Caca, jagoan kecilnya bernama Farrel. Aku sering meledeknya untuk menambahkan satu lagi anak, hal tersebut kerap di”amin”i suaminya, namun baginya sudah mempunyai Anugerah Tuhan sepasang, perempuan dan laki-laki, sudah cukup baginya. Berdua saja sering bertengkar kilahnya apalagi jika harus ditambah lagi satu. Aku belajar darinya bahwa dengan menjadi ibu itu gampang-gampang susah. Begitupula berperan menjadi seorang istri.
Dalam mengawali rutinitas setiap harinya, mbak desi selalu bangun jam setengah 3 atau paling tidak jam 3 pagi baginya bangun jam setengah 4 atau jam 4 pagi sudah bisa dianggap dia bangun kesiangan, aku pun tidak bisa membayangkan diriku sendiri jika harus bangun sepagi itu, pagi-pagi buta ia memulai kegiatannya, kegiatan paginya kerap ditemani dengan televisi. Masak dan setlika baju adalah dua hal yang harus dikompromikannya, jika ia akan masak maka setlika baju akan dilakukannya esok hari, sebelum mempunyai jagoan kecilnya, setlika baju bisa dilakukan pada malam hari, namun entah kenapa putranya itu sering penasaran dengan apa yang nama alat setlika listrik itu, itu sebabnya ia memilih untuk setlika dikala Farrel masih tidur. Prinsipnya jika semua anggota keluarganya akan dibangunkan jam setengah 6 maka segala kegiatannya telah selesai, jika masak berarti telah matang dan sebagian dari masakannya telah dimasukkan ke tempat yang akan dibawa kerumahku untuk sarapan sebelum bekerja dan dia sendiripun harus telah rapi, mandi dan berdandan. Barus setelah itu ia akan membangunkan suami serta anak-anaknya, menyuruh mereka mandi dan memandikan si jagoan kecilnya. Waktu yang dimilikinya untuk tidur akan ditukarnya kala berada didalam mobil, dalam perjalanan dari rumahnya ke sekolah tempat putri sulungnya bersekolah sampai dengan perjalanan menuju rumahku, sebisa mungkin atau jika rasa kantuk datang maka otomatis ia akan kembali tidur dimobil.
Mbak desi ibu yang baik, bahkan jika dibilang ibu yang terlalu sabar dengan tingkah polah anak-anaknya. Sebagai seorang istripun dia adalah tipe istri yang tidak mau banyak mencari masalah. Karena dia tau betul bagaimana karakter suaminya, maka apa yang tak disukai suaminya takkan dia lakukan. Tak hanya aku, mamaku dan ibu mamaku yang notabene adalah ibu mertuanya itu kagum akan sifat patuh pada suami yang dimilikinya.
Tetaplah menginspirasiku mbak, aku belajar banyak darimu, bagaimana menjadi ibu dan istri. Aku kagum dengan kesederhanaanmu menjalani hidup, rasa cintamu pada keluargamu, pada anak dan suamimu yang begitu besar. Ak belajar sepertimu, menjadi istri dan calon ibu yang baik. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAPTIS ARKA

Baptis adalah syarat wajib seorang Katholik.. dimana baptis artinya dipermandikan dan menjadi bagian dari gereja Katholik.. aku dan suami Katholik itu sebabnya kami mempunyai tanggung jawab yang besar dan mendidik anak-anak kami dengan cara Katholik.. kami sebetulnya pun beum sempurna dalam menjalankan ajaran-ajaran agama kami.. tapi kami selalu mencoba mengajarkan dan memberi yang contoh yang baik anak kami.. Baptisan Arka di laksanakan di Solo, alasan memilih Solo karena keluarga besar kami ada di Solo dan pasti lebih kidmat ketika Sakramen Baptis Arka di hadiri oleh orang-orang yang menyanyanginya.. Arka dan Eyang Romonya Lebih berkesannya lagi, Romo yang akan membaptis Arka dalah Romo Ibnu Fajar Muhammad, MSF Romo yang senantiasa mengikuti hidupku, dari memberkati rumah dan kantor yang sekarang kami tempati di Denpasar ini, Upacara Siraman pernikahanku, Upacara Misa Midodareni sebelum pernikahanku, yang memberkati Air Upacara Mitoni aku hamil Arka, dan lebih lengkap la...

my name is andien

hallo dunia.... ahkirnya kesampaian juga buat blog setelah sekian lama aku mengidam-idamkannya.. well, first of all let me introduce my self.. aku Andien.. lengkapnya Andina Dyah Pujaningrum, SH seharusnya ada Nusantara dibelakang namaku sebagai nama papa, memang diakte kelahiran ditambah satu kata dibawah, namun sayang nama yang tercantum di ijazah sejak aku SD ya seperti itu adanya seorang anak dari mama papa ku (Paramita Rukmi, SH - FY Fajar Nusantara, SE) seorang istri dari Cosmas Dimas Darmoyo Danisworo, SH, MKn seorang ibu dari Immanuel Arka Pranaya Daniswara seorang kakak perempuan satu-satunya dari Antonius Andika Ndaru Nusantara dan Bonifasius Andiva Nusantara.. dan inti dari semuanya.. aku sayang mereka.. blog ini sengaja aku pengen buat biar aku bisa share semua yang bisa aku share.. dari kegiatan sehari-hari sebagai seorang ibu, istri, anak dan kakak sebagai pegawai magang di kantor Notaris/PPAT yang as you know it notaris yang bersangkutan ya IBU saya sendiri....

Wong Jowo ojo ilang/ngilangi JAWA ne (orang jawa jangan hilang/menghilangkan jawanya)

Bapak dari mama asli Klaten, ibu mama asli Karanganyar bapak dari papa asli Pedan besar di Laweyan, ibu papa asli Jagalan, Solo bapak mertua aku asli Tawangmangu, ibu mertuaku asli Wirengan, Baluwarti, Solo (aku jelasin gini semoga pada ngerti daerah-daerah itu) jadi kesimpulannya aku orang jawa tulen, suamipun jawa tulen.. aku dibesarkan oleh banyak ibu, seperti yang pernah aku kisahkan.. dan dari ibu-ibuku itu aku dibesarkan dengan falsafah dan aturan JAWA menurut aku, menguasai bahasa ibu adalah hal yang wajib, sebagai orang jawa aku harus bisa berbahasa jawa yang baik, dalam keseharianpun dirumah kami menggunakan bahasa jawa. aku diajarkan bagaimana jika  harus berbicara dengan orang lain, mama selalu bilang sama siapapun kita harus "boso"   boso artinya, aku harus berbahasa jawa halus dengan orang lain terlebih orang yang lebih tuwa, baik dia keluarga, kerabat, sampai penjual sayur di pasar dan tukang becakpun, harus kita hargai.. (aturan ini...