Langsung ke konten utama

TRIANA WARDANI

Dia tanteku, adik perempuan mamaku, akupun menyebut dia dengan sebutan mama. Dia mama ninaku. Aku bersyukur selain mamaku aku punya banyak ibu yang turut membesarkan aku, dan dia adalah salah satunya. Dia tak hanya sebagai seorang tante, tapi juga mama, teman, sahabat, dan apapun aku membutuhkannya dia selalu ada untuk ku. Dia adalah manusia tanpa masalah yang pernah aku temui. Hidupnya selalu dibuat happy, senang, gembira, bahkan wajahnya tak sepadan jika harus dikaitkan dengan umurnya. Dia hitam manis, rambut berpotongan laki-laki, tak hobi merawat diri, gayanyapun tomboy. Dia ibu dari seorang remaja laki-laki, yang menurutku mereka berdua bagaikan pinang dibelah dua. Wajahnya mirip satu sama lain.
Saat aku pindah kekota kelahiranku mama nina menjadi teman bagiku, aku ceritakan semua padanya. Diapun bagaikan penasihat utamaku, bahkan, aku lebih nyaman menceritakan segala sesuatu padanya, dia berjiwa muda. Profesinya sebagai guru sama dengan apa yang telah dijalankan ibu dan bapaknya dulu. Tempat mengajarnyapun masih di SMK/STM yang sama. Aku pernah berselisih paham dengannya, mungkin aku melukai hatinya, tapi aku begitu karena aku begitu mencintainya.
Aku mengenalnya sebagai wanita hebat, dia mau mengalah demi kepentingan keluarga, demi kebahagiaan semuanya. Akupun tahu sekarang dia bahagia. Aku tak bisa menceritakan secara rinci apa pengorbanannya. Namun aku yakin banyak orang berterima kasih yang teramat sangat padanya. Aku juga menyampaikan rasa terima kasihku. Dia contoh dalam hidupku, aku belajar dari dia, bahwa selama restu ibu kita turut serta dalam kehidupan kita, apapun itu kita akan mendapatkan akhir yang bahagia. Aku menjadikannya teladan, tidak untuk semua perilakunya, namun rasa cintanya pada keluarga. Aku mencintainya dengan sungguh, akupun sering merindukannya. Setelah mengetahui aku mengandung, dia menyebut dirinya sebagai MaTe, Oma Tante katanya, sama halnya dengan suaminya, Panca Azimat Marhaenis Surachmat Kesdu, yang ingin disebut sebagai Mbah Dhe, Mbah Gedhe begitu ia mengatakan.
Setelah tinggal berjauhan seperti sekarang ada rasa bahwa aku sangat merindukannya, rindu tertawa lepas dengannya, hanya berbincang dan menceritakan segalanya dengannya. Dulu, setiap hari senin dan kamis, ketika aku masih berada di kota kelahiranku, kami selalu berkumpul di rumah sebelah rumah mamaku, walaupun berbeda rumah namun kedua rumah tersebut masih menjadi satu halaman, aku mama nina dan budhe nunuk (saudara mamaku yang sangat susah jika aku harus menjelaskan urutan dan silsilah siapa dia, yang jelas dia budheku yang kusayangi), kami semua istilah kerennya ”piket”, dirumah itu tinggal Kakung (Pakde Ibu mamaku yang telah merawat ibu mama sampai mama dan saudara-saudaranya dari kecil), sejak kakung drop dan nyaris berpulang Tahun 2008 lalu, kami membiasakan untuk berkumpul disana, aku rindu masa-masa itu, tertawa bersama, makan bersama, apalagi budheku itu orang yang paling bisa buat aku tertawa lepas, melepaskan semua penat, gundah, gelisah.
Buat mama ninaku. Tetaplah menjadi mama yang penuh kasih sayang dan kegembiraan untukku. Jangan pernah letih dan lelah menjadi sahabat ku kala suka dan duka. Tetaplah jadi penasehat hidupku. Aku membutuhkanmu. Terima kasih telah turut serta membesarkanku, sabar mendidikku, dan selalu setia menjadi sandaran ketika aku membutuhkan. Maafkan aku jika aku pernah melukai hatimu, aku menggerutu karenamu. Aku masih membutuhkanmu. Selalu tersenyum untukku ma. Selalu ada saat aku butuh. Aku mencintaimu ma, aku menyayangimu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAPTIS ARKA

Baptis adalah syarat wajib seorang Katholik.. dimana baptis artinya dipermandikan dan menjadi bagian dari gereja Katholik.. aku dan suami Katholik itu sebabnya kami mempunyai tanggung jawab yang besar dan mendidik anak-anak kami dengan cara Katholik.. kami sebetulnya pun beum sempurna dalam menjalankan ajaran-ajaran agama kami.. tapi kami selalu mencoba mengajarkan dan memberi yang contoh yang baik anak kami.. Baptisan Arka di laksanakan di Solo, alasan memilih Solo karena keluarga besar kami ada di Solo dan pasti lebih kidmat ketika Sakramen Baptis Arka di hadiri oleh orang-orang yang menyanyanginya.. Arka dan Eyang Romonya Lebih berkesannya lagi, Romo yang akan membaptis Arka dalah Romo Ibnu Fajar Muhammad, MSF Romo yang senantiasa mengikuti hidupku, dari memberkati rumah dan kantor yang sekarang kami tempati di Denpasar ini, Upacara Siraman pernikahanku, Upacara Misa Midodareni sebelum pernikahanku, yang memberkati Air Upacara Mitoni aku hamil Arka, dan lebih lengkap la...

my name is andien

hallo dunia.... ahkirnya kesampaian juga buat blog setelah sekian lama aku mengidam-idamkannya.. well, first of all let me introduce my self.. aku Andien.. lengkapnya Andina Dyah Pujaningrum, SH seharusnya ada Nusantara dibelakang namaku sebagai nama papa, memang diakte kelahiran ditambah satu kata dibawah, namun sayang nama yang tercantum di ijazah sejak aku SD ya seperti itu adanya seorang anak dari mama papa ku (Paramita Rukmi, SH - FY Fajar Nusantara, SE) seorang istri dari Cosmas Dimas Darmoyo Danisworo, SH, MKn seorang ibu dari Immanuel Arka Pranaya Daniswara seorang kakak perempuan satu-satunya dari Antonius Andika Ndaru Nusantara dan Bonifasius Andiva Nusantara.. dan inti dari semuanya.. aku sayang mereka.. blog ini sengaja aku pengen buat biar aku bisa share semua yang bisa aku share.. dari kegiatan sehari-hari sebagai seorang ibu, istri, anak dan kakak sebagai pegawai magang di kantor Notaris/PPAT yang as you know it notaris yang bersangkutan ya IBU saya sendiri....

Wong Jowo ojo ilang/ngilangi JAWA ne (orang jawa jangan hilang/menghilangkan jawanya)

Bapak dari mama asli Klaten, ibu mama asli Karanganyar bapak dari papa asli Pedan besar di Laweyan, ibu papa asli Jagalan, Solo bapak mertua aku asli Tawangmangu, ibu mertuaku asli Wirengan, Baluwarti, Solo (aku jelasin gini semoga pada ngerti daerah-daerah itu) jadi kesimpulannya aku orang jawa tulen, suamipun jawa tulen.. aku dibesarkan oleh banyak ibu, seperti yang pernah aku kisahkan.. dan dari ibu-ibuku itu aku dibesarkan dengan falsafah dan aturan JAWA menurut aku, menguasai bahasa ibu adalah hal yang wajib, sebagai orang jawa aku harus bisa berbahasa jawa yang baik, dalam keseharianpun dirumah kami menggunakan bahasa jawa. aku diajarkan bagaimana jika  harus berbicara dengan orang lain, mama selalu bilang sama siapapun kita harus "boso"   boso artinya, aku harus berbahasa jawa halus dengan orang lain terlebih orang yang lebih tuwa, baik dia keluarga, kerabat, sampai penjual sayur di pasar dan tukang becakpun, harus kita hargai.. (aturan ini...